Kurikulum
dapat
dipahami sebagai alat sentral bagi keberhasilan pendidikan. Peran ini menjadi
kunci bagaimana pendidikan akan diarahkan. Ini berkaitan erat dengan proses
pembelajaran sebagai ruang beraktivitas belajar anak didik supaya mereka
mendapat bekal pengetahuan yang baik dan mampu membangun kekuatan kecerdasan
baik kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Melihat dari
peranannya yang begitu penting dalam proses keberlangsungan pendidikan, maka
apa sebenarnya makna kurikulum?? Menurut Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional No. 20
Tahun 2003, yang berbunyi bahwa “ kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
A. Konsep Kurikulum
Menurut
Heri Suhendri dalam situs
http://mybatik.wordpress.com Ada tiga konsep tentang kurikulum :
1.
Kurikulum sebagai substansi, yaitu suatu
kurikulum dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi
murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai.
2.
Kurikulum sebagai sebagai sistem, yaitu
sistem kurikulum merupakan bagian
dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat,
dan
3.
Kurikulum sebagai bidang studi, yaitu merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli
pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah
mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.
B. Komponen Kurikulum
Pada dasarnya kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen
penunjang yang saling berkaitan dan berinteraksi satu sama lainnya dalam rangka
mencapai tujuan tersebut. Pendapat para ahli berbeda-beda, menurut Subandiyah (1993: 4-6) mengemukakan ada
5 komponen kurikulum, yaitu:
(1)
komponen tujuan;
(2)
komponen isi/materi;
(3)
komponen media (sarana dan prasarana);
(4)
komponen strategi dan;
(5)
komponen proses belajar mengajar.
Sementara
Soemanto (1982) mengemukakan ada 4 komponen kurikulum, yaitu:
(1)
Objective (tujuan);
(2)
Knowledges (isi atau materi);
(3)
School learning experiences (interaksi belajar mengajar di sekolah) dan;
(4)
Evaluation (penilaian).
C.
Fungsi
Kurikulum
Kurikulum
memiliki tiga fungsi, yaitu:
1.
Fungsi bagi sekolah yang bersangkutan.
Kurikulum berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan di
sekolah (tujuan institusional dan tujuan pembelajaran) dan sebagai pedoman yang
dijadikan acuan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
2. Fungsi bagi
sekolah di tingkat yang lebih tinggi.
Kurikulum
yang digunakan di suatu jenjang sekolah tertentu dijadikan sebagai dasar yang
berkesinambungan bagi pengembangan kurikulum pada jenjang berikutnya. Misalnya,
kurikulum yang berlaku di tingkat SD akan dijadikan dasar bagi pengembangan
kurikum pada tingkat SMP, begitu juga seterusnya.
3. Fungsi bagi
masyarakat
Masyarakat
sebagai pengguna jasa pendidikan tentunya memiliki harapan dan kepentingan
tertentu terhadap sekolah. Oleh karena itu, sekolah harus dapat mengakomodir
harapan dan kepentingan masyarakat tersebut yang dituangkan dalam kurikulum.
D. Hubungan kurikulum dengan teori pendidikan
Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan empat jenis hubungan kurikulum
dengan teori pendidikan, yaitu :
1. Pendidikan klasik (classical
education), yang memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya
memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada
proses.
2.
Pendidikan pribadi (personalized education). Konsep pendidikan ini
bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki
potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan
potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan
minat peserta didik.
3.
Teknologi pendidikan, yakni suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan
dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan
informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam tekonologi
pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau
kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama.
4. Pendidikan interaksional, yaitu
suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai
makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan
manusia lainnya.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar